Sabtu, 23 Mei 2020

Ramadhan Terakhir


Bismillahirohmanirrohim

Awal ramadhan ditengah pandemi seorang menyusun apa yang hendak ia kerjakan. Tekad dalam hatinya kuat meyakini, Ini ramadhan terakhirnyaa

 

Dia paham belum pernah seumur hidupnya kitab suci itu dia tamatkan selama ramadhan

Berjanji dalam hatinya dan berusaha keras untuk menamatkannya

 

2 ramadhan-nya ia tahan kantuknya hingga menyelsaikan 5 juzz

Dia takut tamu bulanan tiba dan rasa malas menghantui dirinya

Walaupun berbekal keterbatasan dalam membaca namun hatinya yakin ALLAH akan mampukan dia

 

Tiba 10 hari terakhir

23 ramadhan

Tepat ia menyelesaikan 30 juzznya

Pukul  02.00 dini hari ...

Dia menangis di sepertiga malam yang tengah derasnya membasahi bumi

Waktu yang sangat tepat untuk meminta keinginannya

Mensyukuri apa yang sudah ALLAH mampukan selama ini

Tak henti dia bermunajat banyak hal

Termasuk untuk apa yang tak mungkin menurutnya menjadi mungkin bagi ALLAH

 

Tentang kedua orang tuanya, tentang keluarga dan sahabatnya, Tentang rezekinya, tentang teman hidupnya,tentang apa yang ingin dia capainya

 

 

 

 

 

Di malam  terakhirnya

Dia bermunajat

Ya ALLAH

“Terimakasih untuk ramadhan luar biasa ditengah pandemi kali ini. Pertemukan aku dan keluargaku di ramadhan dan syawal mendatang yaALLAH dengan keluarga yang utuh bahkan bertambah. Jadikan kami lulusan ramadhan terbaik setelahnya. Dengan syawal yang penuh kemenangan hati”

 

“Namun, jika ini ramadhan terakhirku, Ku mohon ampuni salah apapun yang ada dalam diriku, dan terima amalan ramadhan dan hidupku yang tak sempurna ini”

 

Aamiin ya robbal alamin

 

Aku = kami

Bandar lampung, 23 mei 2020 / 30 ramadhan 1441 H




Selamat hari raya idul fitri 1441 H Mohon maaf lahir dan batin


Jumat, 22 Mei 2020

Tuhan, Aku Jatuh cinta

Dalam larutnya.

Ada yang tengah terlelap dalam mimpi.

Seakan mengajaknya ke suatu tempat dan waktu.

Untuk membicarakan yang selama ini dia impikan.

 

Sosok tengap hangat itu tepat di manik mata indahnya.

Membuat dia hilang dalam bayangan.

Sosok itu memberikan sebuah cincin dengan berisyarat menunjukan jari tangannya untuk memakai sama dengan apa yang dia pakai.

 

Lalu sayup – sayup terdengar suara panggilan Tuhan memanggil menjelang fajar.

Dia beranjak dari tidur lelapnya.

Oh, ternyata sebatas mimpi.

Anehnya, mengapa seperti nyata?

Pertanda apakah ini? Tanya dalam hatinya

 

Kejadian malam itu, hujan lebat itu mengingatkan tentang bagaimana mereka menceritakan kisahnya dan sama.

Hampir lepas dini hari,

Hujan itu makin deras mengguyur,membasahi bumi dengan pekat.

Dia berinsiatif menerobos lebatnya hujan itu dan mengakhiri pembicaraannya.

Di akhiri pembicaraannya terselip sebuah kalimat

“kita akan mulai jika kita telah masing-masing selesai ya”

 

Berbulan – bulan tak ada yang ganjil.

Tepat setahun pertemuan itu, dia bertemu dan tak ada sepatah kata hangatpun terucap.

Di akhir pertemuan akhinya berucap
“saya pulang ya”

Dia membalas dengan anggukan dan senyum tipisnya.

 

Perasaan menganjal dan bersalah muncul setelah dua tahun

Apakah dia tak peka? Apakah dia jatuh cinta?

 

Ya . dia mengakui sekarang cinta itu ada.  Berawal dari laki-laki itu. Berawal dari pertemuan pertahun.

 

Namun, jarak dan balasan pesan yang tak kunjung dibalas membuat dia menyerah .


Akhirnya..

Berulang kali.

Dia berusaha melupakan.


Lama

Lama

Lama

 

 

Mimpi itu datang lagi.

Sosok itu tepat depan mata lagi.

Tapi.

Tanpa sepatah kata.

Mengisyaratkan melepas cincinnya.

Lagi.

Dia terbangun.

Dan tersadar ternyata bukan dia yang jatuh cinta.

 

Tuhan yang jatuh cinta kepada dia.

Dengan menunjukan bahwa bukan dia.